Senin, 25 Juni 2012

Review Tema - Visit Jateng 2013


Visit Jateng 2013 merupakan Program Pemerintah dalam rangka mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Program ini dicanangkan pada tahun 2013 sebagai ajang promosi dan perkenalan kebudayaan dan pariwisata Jawa Tengah kepada publik di Indonesia maupun mancanegara. Objek wisata di Jawa Tengah memang masih dalam perkembangan dan pembangunan namun hal tersebut tidak menghalangi niat pemerintah Jawa Tengah untuk menjadikan provinsi ini maju dalam sektor pariwisata.
Selain pengembangan dan pengenalan pariwisata, pemerintah juga berharap agar dengan adanya program Visit Jateng 2013 ini dapat menggerakan sektor ekonomi dan sosial lebih maju, melestarikan kebudayaan Jawa Tengah serta memperkenalkannya hingga ke mancanegara.
Dalam tugas besar mata kuliah Teknik Komunikasi, Kelompok 6 Kelas A menggunakan tema Visit Jateng 2013 ini sebagai acuan dalam pembuatan film. Tempat-tempat yang dijadikan lokasi syuting film yang berjudul "Kejar Semarang" ini adalah ikon-ikon pariwisata dan lokasi khas Kota Semarang, sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Lokasi-lokasi tersebut ialah:


Tugu Muda
Lawang Sewu
Sam Po Kong
Gereja Blenduk
Puri Maerokoco
Jalan Mataram - Pusat Lumpia
Gedung Perkuliahan Universitas Diponegoro
Melalui film "Kejar Semarang" dengan tema "Visit Jateng 2013" kami berharap agar objek-objek wisata di Jawa Tengah dan kota Semarang khususnya dapat terpublikasikan, menjadi lebih baik dan berkembang seiring dengan majunya pembangunan yang ada di Indonesia.

Rabu, 19 Oktober 2011

Kisah Pertumbuhan Paris


Eiffel

Paris dimulai sebagai suatu kota benteng di pulau kecil Sungai Seine oleh seorang Romawi.
Pada Abad ke-9, kota ini meluas sampai ke Ile dela Cite dan ditembok pada kedua tepi Sungai Seine.
Pada Abad ke-12 tembok-tembok tersebut diperluas oleh Philip Augustus. Tepi kiri atau selatan dijadikan lokasi utama untuk gereja-gereja dan sekolah tinggi, sedangkan tepi kanan dijadikan sebagai pusat perdagangan.
Pada ke-14 Charles V membangun tembok-tembok untuk menampung bagian-bagian yang sedang bertumbuh ini dengan lebih baik. Pada ujung timur kota terdapat menara yang dikenal sebagai Bastille, sedangakan ujung barat, di tepi Seine, adalah Louvreyang menjadi istana raja.
Pada Abad ke-16 Louvre diperluas di bawah Henry II dan dibangunlah taman Tulieries. Kekuasaan raja meningkat. Henry IV membangun Place Royal.
Pada Abad ke-17 Louis XIII memperluas tembok untuk menampung taman Tuileries.
Pada masa Pemerintahan Louis XIV, Raja Matahari, Paris tumbuh dengan cepat dan kalangan istana memperluas pengaruhnya. Banyak tembok-tembok pertahanan dan perbentengan diubah menjadi jalan-jalan trotoir, Grands Boulevards yang pertama.Taman Tuileries dan Louvre diperluas. Champs Elysees dibangun dipinggiran sebelah barat. Place de Victoires dan Place Vendome dibangun. Dermaga-dermaga monumental dibangun sepanjang Sungai Seine.
Di bawah pimpinan Louis XV kota terus meluas. Place Louis XV (sekarang Place de la Concorde), Rue Royale, dan gereja Madeleine dibangun. Jalan-jalan diperlebar dan jalan-jalan raya baru dibangun untuk rumah-rumah yang mewah. Chanmps de Mar juga dibangun.


Pada bagian akhir Abad ke-18, sebuah tembok baru dibangun untuk menampung kota yang terus tumbuh.
Setelah revolusi, perkembangan industri kota terus meningkat pesat. Daerah pinggiran kota terbangun dan juga sebuah tembok dibangun pada tahun 1840. Di bawah Napoleon III, program besar Baron Haussmann dilaksanakan.
Paris mengalami perubahan dalam masa pemerintahan setiap raja, namun proyek-proyek terbesar dalam setiap periode adalah yang terletak di pinggiran kota. Ruang-ruang terbuka menjadi ciri khas kota Paris. Setiap pertumbuhan kota Paris dibarengi oleh perluasan ruang terbuka. Ini membuat Kota Paris tidak mengalami masalah pada ruang terbuka di kotanya. 
Selain itu, pertumbuhan kota tidak selalu fokus di pusat kota. Paris cenderung melakukan pertumbuhan besar di daerah pinggiran sehingga kepadatan penduduknya tidak cenderung hanya di pusat kota. Ini merupakan salah satu cara urbanisasi yang mengantisipasi kepadatan penduduk yang melebihi kapasitas, antara penduduk dan ruang terbukanya, yang kerap kali menjadi permasalahan di pusat kota, seperti yang terjadi di Jakarta dan belum terselesaikan hingga saat ini.

source : Arthur, Pengantar Perancangan Kota